TempoJateng.com — Proyek pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kota Salatiga menjadi sorotan. Di balik deretan papan proyek dan hamparan pipa yang tertanam di sejumlah titik kota, tersimpan jejak perusahaan-perusahaan berbeda yang diduga dikendalikan oleh satu tangan.
Penelusuran TempoJateng.com terhadap data LPSE dan laporan di lapangan menemukan pola keterkaitan antara beberapa perusahaan pelaksana. Proyek SPAM di Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, misalnya, dikerjakan oleh CV ATS dengan nilai kontrak Rp1,2 miliar. Di wilayah Tingkir, proyek serupa digarap oleh CV ASP dengan nilai lebih besar, yakni Rp4,2 miliar. Nama terakhir juga tercatat sebagai pelaksana proyek SPAM Kaligojek dengan nilai fantastis Rp7,45 miliar.
Meski secara administratif perusahaan-perusahaan itu berbeda, beberapa narasumber di lingkungan jasa konstruksi Salatiga menyebutkan bahwa mereka bernaung di bawah grup yang sama, yaitu MR Group milik seorang pemborong berinisial MM. Tokoh ini dikenal luas sebagai distributor pipa bermerek di wilayah Jawa Tengah.
“Memang dia (MM) punya keahlian, spesialisasinya di bidang perpipaan dan konstruksi pengairan. Mungkin karena banyak pekerjaan yang harus diatur baik di Salatiga maupun di beberapa wilayah lain, ada beberapa kekurangan yang kadang tidak terpantau di lapangan,” ungkap salah satu narasumber beberapa waktu lalu.
Proyek SPAM di Tingkir menjadi salah satu yang menonjol. Dengan anggaran Rp4,25 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2024, proyek tersebut sudah memasuki masa Provisional Hand Over (PHO) pada Desember lalu. Namun, kondisi di lapangan justru memunculkan pertanyaan.
Pantauan Tempo Jateng pada Kamis, menunjukkan proyek tersebut diduga . Aktivitas pekerja masih terlihat di area bak penampungan dan ruang pompa air di kawasan Makam Kadipurwo, sebelah timur pabrik Pamot.
“Setahu saya, proyek ini seharusnya sudah selesai dan diserahterimakan dalam kondisi siap pakai. Tapi kenyataannya, bak penampungan air belum bisa diisi, dan air juga belum bisa dialirkan,” kata seorang warga Tingkir Tengah yang enggan disebutkan namanya.
Warga RT 02 RW 06 itu juga mengeluhkan penutupan bekas galian pipa yang dianggap asal-asalan. Kondisi jalan menjadi tidak rata dan rawan membahayakan pengguna jalan.
Diberitakan sebelumnya, kritik juga datang dari kalangan legislatif. Anggota Komisi C DPRD Kota Salatiga, Hartoko Budiono, menyampaikan bahwa pihaknya menerima keluhan dari warga di Bendosari, Kumpulrejo, mengenai kerusakan bahu jalan akibat proyek tersebut.
"Padahal masa pengerjaannya sudah habis. Tapi di wilayah RT 01 RW 05 Bendosari, proyek ini merusak bahu jalan dan belum ada perbaikan sampai sekarang," kata Hartoko.
Hingga berita ini diturunkan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Salatiga serta pihak kontraktor belum memberikan tanggapan resmi atas temuan dan keluhan tersebut.
Proyek-proyek SPAM ini sejatinya diharapkan menjadi solusi kebutuhan air bersih masyarakat. Namun, jika dikerjakan tanpa transparansi dan akuntabilitas, maka yang tersisa hanyalah tumpukan pipa, keluhan warga, dan jejak anggaran yang belum tentu berbanding lurus dengan kualitas.(Maman)
0 Komentar