Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Salam Lintas Iman di Wisma Perdamaian

Idulfitri di Semarang dirayakan bukan hanya dengan senyum dan salam, tetapi juga dengan peluk kebersamaan lintas agama.

TempoJateng.com - Senin pagi, 31 Maret 2025, udara di halaman Wisma Perdamaian, Kota Semarang, terasa lebih hangat dari biasanya. Bukan karena mentari yang menyengat, melainkan suasana yang dipenuhi jabat tangan, pelukan, dan sapa hangat dari beragam pemeluk agama. Di dalam gedung bersejarah itu, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Wakil Gubernur Taj Yasin dan Sekretaris Daerah Sumarno menggelar Open House Idulfitri 1446 Hijriah.

Namun yang hadir bukan hanya umat Muslim. Tokoh-tokoh lintas agama—dari pendeta hingga bhiksu, dari romo hingga pemimpin umat Hindu—datang membawa semangat yang sama: merayakan kebersamaan dalam keberagaman.

Uskup Agung Semarang, Romo Robertus Rubiyatmoko, menyampaikan kesan mendalamnya akan suasana guyub di Jawa Tengah. “Idulfitri ini bukan sekadar perayaan keagamaan, tapi momen refleksi bersama sebagai bangsa. Di tengah keragaman, kita bisa hidup adem ayem sebagai saudara,” katanya sambil tersenyum selepas acara halalbihalal.

Romo Rubiyatmoko juga mengingatkan bahwa toleransi di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, sudah menjadi contoh yang menginspirasi dunia. Saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia, ia bahkan memuji eratnya persaudaraan antarumat beragama di negeri ini.

Suasana serupa dirasakan oleh Ketua DPD Walubi Jawa Tengah, Tanto Harsono. Ia menyebut momen Idulfitri sebagai simbol persatuan, sekaligus bukti bahwa Jawa Tengah bisa tetap rukun di tengah keberagaman. “Pak Gubernur dan Pak Wakil Gubernur sudah menunjukkan bahwa kepemimpinan bisa dibangun dengan kasih dan kedekatan pada rakyat,” ujarnya.

Dari pihak Hindu, Ketua PHDI Jawa Tengah Tri Wahono mencatat keistimewaan tahun ini: Hari Raya Nyepi berdekatan dengan Idulfitri. “Ini pertanda bahwa harmoni memang sudah menjadi napas bersama masyarakat Jawa Tengah,” ucapnya lirih.

Pendeta Yosua Wardoyo dari PGI Jawa Tengah menambahkan, momentum Lebaran bisa menjadi jembatan untuk memperkuat sikap saling menerima. “Kebebasan beragama tak cukup dijamin oleh konstitusi, tapi juga harus dirayakan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Pernyataan mereka senada dengan pandangan sang tuan rumah, Gubernur Ahmad Luthfi. Di hadapan tamu-tamu dari berbagai latar belakang itu, ia menegaskan pentingnya membangun Jawa Tengah dengan kolaborasi dan niat suci. “Idulfitri adalah momen menyucikan diri. Kita jadikan ini sebagai awal membangun semangat baru menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Luthfi tahu benar, membangun daerah bukan sekadar kerja birokrasi. “Perlu gotong royong antara pemerintah, akademisi, wirausaha, dan seluruh masyarakat,” tegasnya.

Di tengah aroma kue lebaran dan alunan musik Islami yang lembut, open house itu bukan sekadar ajang salam-salaman. Ia menjadi cermin Indonesia dalam skala kecil: beragam tapi bersatu, berbeda tapi saling merangkul. Sebuah wajah ideal bangsa—yang barangkali hanya bisa tumbuh, bila perbedaan tak dijadikan batas, melainkan jembatan.(Sinta)

Posting Komentar

0 Komentar