Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Proyek Drainase Rp853 Juta di Salatiga Diduga Asal-asalan

SALATIGA | TempoJateng.com - Di sepanjang Jalan Kalipengging, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kota Salatiga, tumpukan tanah galian bercampur debu merah masih menutupi sebagian badan jalan. Di tengah riuh kendaraan yang melintas, beberapa pekerja tampak sibuk menurunkan beton berbentuk U atau U-Ditch ke parit di sisi jalan. Namun cara mereka bekerja mengundang tanya.

Proyek pembangunan saluran drainase yang dikerjakan oleh CV. Lisha Jaya Abadi dengan nilai kontrak Rp853.935.000 bersumber dari APBD Kota Salatiga Tahun 2025 itu menuai kritik dari warga dan pengguna jalan. Sejumlah temuan di lapangan menunjukkan pekerjaan yang diduga tidak sesuai spesifikasi teknis.

Dari hasil pantauan, pemasangan U-Ditch dilakukan tanpa lantai kerja (lean concrete) dan di beberapa bagian bahkan diletakkan langsung di atas tanah yang tampak tanpa pemadatan memadai. Kondisi tersebut, menurut warga, bisa menimbulkan kerusakan dini dan penurunan struktur saluran di kemudian hari.

Material yang digunakan pun dipertanyakan. Pasir tampak berwarna merah seperti pasir urug pasar, bukan pasir cor yang semestinya dipakai untuk pekerjaan beton dan pasangan saluran. Sisa galian dibiarkan menumpuk di badan jalan, mengganggu lalu lintas dan membahayakan pengguna jalan, terutama pada malam hari.



Lebih ironis, para pekerja tampak bekerja tanpa Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, sepatu kerja, atau rompi keselamatan. Tak tampak pula pita pengaman (safety line) maupun penerangan malam di lokasi, padahal area proyek berada di tepi jalan yang ramai dilalui kendaraan.

Ketika awak media mencoba mengonfirmasi pihak pelaksana, konsultan lapangan berinisial T memilih mengarahkan pertanyaan ke pengawas lapangan bernama Kris tanpa memberikan keterangan lebih lanjut. Kris hanya berujar singkat bahwa “pekerjaan masih berjalan dan akan diperbaiki.”

Seorang pekerja galian yang ditemui di lokasi mengaku baru tiga hari bergabung dalam proyek tersebut. 

“Saya baru tiga hari kerja di sini, Mas. Katanya kerjaannya ada tiga titik, termasuk di Gendongan juga,” ujarnya.

Situasi ini memperlihatkan lemahnya pengawasan teknis di lapangan, baik dari pihak konsultan pengawas CV. Abiy Asha Konsultan maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Salatiga sebagai penanggung jawab kegiatan.

Warga sekitar berharap pemerintah daerah segera turun tangan mengevaluasi kualitas pekerjaan agar proyek drainase tersebut tidak menjadi pemborosan anggaran.

“Kami cuma ingin hasilnya bagus, jangan asal kerja. Uangnya kan dari rakyat,” kata seorang warga setempat, Senin (20/10/2025).

Sejumlah proyek lain di Salatiga juga disebut mengalami persoalan serupa. Dugaan pekerjaan yang tak sesuai spesifikasi kembali menimbulkan pertanyaan besar soal kinerja pengawasan dan tanggung jawab pelaksana proyek di daerah berjuluk Kota Toleransi ini.(Sup/Putro)

Posting Komentar

0 Komentar